Jumat, 23 Januari 2009

BERKAMPANYE DENGAN TEKNOLOGI

Republika, Kamis 22 Januari 2009

Anda seorang calon legislatif?
Sudahkan anda memanfaatkan teknologi untuk berkampanye?

Pertanyaan ini sepertinya berkesan meledek para caleg. Tapi kalau dimaknai lebih jauh, pernyataan ini sebenarnya saran yang lumayan bagus. Berkampanye menggunakan teknologi, seperti internet, ternyata memberi kemudahan dan murah.
Sepeti halnya yang dilakukan caleg PPP nomor urut 2 untuk daerah pemilihan Jakarta 2(Dapil)II DKI Jakarta, Lena Maryana. Caleg yang saat ini menjadi anggota Komisi II DPR ini, mencoba mengoptimalkan internet sebagai alat kampanye.
"Saya mencoba melakukan perbaikan dan menambah strategi kampanye. Jadi tidak sekedar dengan cara konvensional," kata Lena.
Kampanye menggunakan poster, stiker, dan spanduk sudah tidak jaman lagi. Dia menilai, masyarakat sebagai pemilih sudah semakin cerdas, sehingga setiap caleg perlu mengembangkan inovasi dalam berkampanye.
Setiap caleg, ungkapnya, perlu menjalin komunikasi yang kuat dengan konstituennya. Dengan alasan itulah, Lena membuat sebuah blog dan account Facebook. Ini dijadikan sebagai media berinteraksi dengan masyarakat.
"Langkah itu cukup membantu dalam membangun komunikasi dena konstituen di luar negeri," kata Lena. Pemilih di luar negeri menjadi pilihan Lena, karena suara masyarakat Indonesia di luar negeri, masuknya ke Dapil II DKI Jakarta.
Lena memiliki blog dengan alamat http:lemaryana.blogspot.com dan account facebook dengan alamat email lmukti@yahoo.com.
Banyak masyarakat yang mengajukan pertanyaan, dukungan, bahkan kritik." kata Lena.
Internet digunakan Lena untuk membidik massa kelas menengah dan luar negeri. Tapi untuk menggaet pemilih dalam negeri, Lena tetap rajin mengunjungi konstituennya. "Saya juga mengunjungi pasar tradisional," katanya.
Diungkapkan Lena, berlakunya ketentuan penetapan caleg terbanyak, mendorongnya untuk rajin melakukan sosialisasi. Putusan MK itu bukan menciptakan persaingan, melainkan bagaimana masing-masing kandidat menggarap daerahnya. Inilah salah satu langkah yang perlu dilakukan. Sosialisasi pemilu tentunya denga cara konvensional, kata Lena.
Dengan cara terjun langsung ke masyarakat, maka calon pemilih menyadari bagaimana caranya menyampaikan hak politiknya. Mereka juga bisa membuka mata terhadap wakil-wakil rakyat yang dipilihnya. "Saya tak perlu iklan pasang baliho besar-besar," kata perempuan asli Betawi di daerah Tanah Abang, Jakarta Pusat ini.
Jika ingin mendapatkan dukungan rakyat, menurut Lena langkah yang harus dilakukan bukan dengan cara membeli suara, menyogok, politik uang, memberi bingkisan, dan cara-cara sejenisnya. Langkah yang diperlukan adalah mendatangi kantong-kantong masyarakat dapilnya.
Bicara langsung tentang bagaimana seorang wakil rakyat itu duduk di dewan dan menjelaskan hak publik dalam politik," ungkapnya.
Hak politik dari publik inilah, sambung Lena, yang tak bisa direnggut dari mereka dengan cara-cara tak adil. Hak ini pulalah yang tak bisa digantikan oleh bingkisan, kado, dan sebagainya.
Lena mengharapkan masyarakat bisa memilih caleg berdasarkan kompetensinya. Pertimbangan memilih jangan hanya didasarkan karena artis atau orang terkenal.
Lena mengaku tidak gentar mmenghadapi maraknya persaingan dalam pemilu ini. "Masing--masing punya akses dan latar belakang yang berbeda..ikh/wed

Tidak ada komentar:

Posting Komentar